Tenanglah kekasihku
Ku tahu hatimu menangis
Beranilah dan percaya
Semua ini pasti berlalu
Meski takkan mudah
Namun kau takkan sendiri
Ku ada di sini
Untukmu aku akan bertahan
Dalam gelap takkan ku tinggalkan
Engkaulah teman sejati, kasihku
Di setiap hariku
Untuk hatimu ku kan bertahan
Sebentuk hati yang ku nantikan
Hanya kau dan aku yang tahu
Arti cinta yang telah kita punya
Beranilah dan percaya
Semua ini pasti berlalu
Ku tahu hatimu menangis
Beranilah dan percaya
Semua ini pasti berlalu
Meski takkan mudah
Namun kau takkan sendiri
Ku ada di sini
Untukmu aku akan bertahan
Dalam gelap takkan ku tinggalkan
Engkaulah teman sejati, kasihku
Di setiap hariku
Untuk hatimu ku kan bertahan
Sebentuk hati yang ku nantikan
Hanya kau dan aku yang tahu
Arti cinta yang telah kita punya
Beranilah dan percaya
Semua ini pasti berlalu
***
Aku tak pernah bisa menyalurkan berita hati melalui tulisan indah dengan rangkaian kata indah. selalu gagal untuk yang kesekian kali. entah mungkin kali ini aku akan berhasil atau tidak. aku hanya mengikuti alur yang diciptakan, yang membuatku terus menerus mencari huruf untuk dikumpulkan dijadikan satu dalam ruang berharga yang akan menjadi emas tanpa perak dengan berlian ditengahnya.
***
3 hari lalu.......
"Aku juga tidak tahu mengapa semua jadi seperti ini. aku menyayanginya, Mo. tapi aku juga menyayanginya." apa-apaan ini. perasaan tak tentu dari seorang sahabat.
"Kamu harus jujur. kamu harus jujur kepada mereka berdua." aku menanggapi.
"Apa kurang jelas yang kuceritakan, Mo? aku takut menyakitinya. Kekasih macam apa aku ini?" dia masih menangis dalam pelukanku.
"Aku mengerti, Rey. Sangat mengerti. Kau mencintai kekasihmu tetapi kau juga merasakan hal yang sama pada dia kan? katakan. itu menurutku, atau kau akan lebih menderita." dia terdiam. entah apa yang dipikirkan. antara ingin menuruti saranku atau memang tak ada kata yang perlu dikatakan.
***
2 hari lalu......
"Aku tahu semua, Rey. Bahkan sudah tahu tentang apa yang ingin kau katakan. aku tak apa." Fa menanggapi.
"Ehm, maafkan aku, Fa. maafkan aku." sahabatku masih saja merasa dirinya salah besar.
"Aku mengerti. kau wanita yang baik, tak mungkin ada yang mengalihkan pandangannya darimu, Rey."
Fa. seorang lelaki yang dia sayangi sejak 4 tahun lalu. yang bayangnya tak bisa ia lupakan meski saat ini ia adalah milik seseorang. bukan, Fa. bukan.
***
hari ini........
sahabatku berlari kearah ku yang sedang asyik tenggelam dalam kisah romantisme dalam novel yang baru saja kubeli siang tadi. mengambil tempat duduk disampingku. aku memandangnya detail. kemeja lengan panjang, celana jeans berwarna biru yang dia sayangi.
"Fa sudah tahu, Mo. aku takut jika harus memberitahu, Revo."
"Percaya padaku, Rey. katakan padanya." aku melihat sosok yang sedang kami bicarakan dari kejauahan. sedang melambaikan tangannya. sahabatku, Rey tersenyum. aku mengenal senyum itu, senyum pahit yang ia ciptakan.
aku pamit pergi meninggalkan mereka berdua, memberi mereka ruang agar tak merasa sempit atas keberadaanku.
"Vo, i'm sorry. aku musuh berbahaya." kulihat dari kejauhan sahabatku memulai pembicaraannya. aku berlalu pergi. aku tahu dia sudah dewasa untuk masalahnya.
***
3 hari lalu..........
Aku mendapati sahabatku berjalan terengah-engah, dengan tumpukan buku kuliah yang dia peluk erat mendekap di dadanya. seperti biasa, dengan rambutnya yang ikal diikat kebelakang seperti kuda. kaos biru yang pernah kuberikan saat ulangtahunnya ke 18 tahun dan ternyata masih muat untuknya diumur 20 tahun.
"Aku ingin bercerita...." kau berkata tanpa mengatur nafas.
"Pelan-pelan. baiklah, silahkan. aku akan diam saat kau bercerita."
"Kau tau aku milik siapa saat ini? aku bimbang, Mo. begini, belakangan aku dekat dengan beberapa teman lelaki. hanya sekedar teman. aku tak tahu jika mereka menganggap kebaikanku ini sebagai harapan. aku menanggapinya hanya karena mereka adalah temanku. tidak lebih, Mo. pertama, teman lamaku tanpa sebab menyatakan perasaannya, aku tak tahu apa maksudnya. kedua, teman satu fakultas kita, juga menyatakannya padaku. ketiga, tetangga nenekku bahkan memintaku lebih dari sekedar teman. terakhir, kakak kelas angkatan kita juga sedang berusaha mendekatiku. aku sama sekali tak bahagia dengan semua ini, Mo. aku lelah. salah satu dari mereka memaksaku untuk menerimanya. sampai beberapa kali. aku tak bisa terus menerus berkata tidak, karena apa? karena aku tahu dia akan tetap datang untuk memintaku. kukatakan aku mau. aku terpaksa, Mo. sungguh! tapi disatu sisi, aku sangat menyayangi Revo kekasih 2 tahun-ku. dan kau juga tahu, aku juga tidak bisa melupakan Fa, cinta 4 tahun lamaku. gila sekali aku, Mo." dia bercerita panjang lebar.
"Jadi, intinya... kau menyayangi Revo tapi kau juga masih menyayangi Fa?" aku berani menanyakan hal pribadi ini.
"Aku juga tidak tahu mengapa semua jadi seperti ini. aku menyayanginya, Mo. tapi aku juga menyayanginya." apa-apaan ini. perasaan tak tentu dari seorang sahabat.
"Kamu harus jujur. kamu harus jujur kepada mereka berdua." aku menanggapi.
"Apa kurang jelas yang kuceritakan, Mo? aku takut menyakitinya. Kekasih macam apa aku ini?" dia masih menangis dalam pelukanku.
"Aku mengerti, Rey. Sangat mengerti. Kau mencintai kekasihmu tetapi kau juga merasakan hal yang sama pada dia kan? katakan. itu menurutku, atau kau akan lebih menderita." dia terdiam. entah apa yang dipikirkan. antara ingin menuruti saranku atau memang tak ada kata yang perlu dikatakan.
***
hari ini.....
"ada apa, Rey?" Revo bertanya.
"aku tak sengaja menyakitimu. mungkin sejak awal kita bersama. maafkan."
"maksudmu?" Revo penasaran.
Terlihat sekali gugup di wajah Rey. Pucat. dia harus mengatakan sejujurnya apa yang dia rasakan. tanpa jeda dan tanpa kisah yang ditambahkan atau dikurangi. harus benar. agar tak ada yang tersakiti kemudian.
"aku masih menyimpan sebuah rasa pada Fa. aku mengkhianatimu kemarin dengan teman lamaku. aku bukan kekasih baik hati, aku musuh berbahaya, Vo." Rey menangis.
"aku merasakannya Rey. aku tau akan rasamu pada Fa. tapi aku benar-benar tak bisa bayangkan kau dengan yang lain, siapalah itu teman lamamu."
"maafkan aku, Vo......." kalimat itu menggantung dari bibir mungil Rey.
"kau ingin apa saat ini?" Revo bertanya.
"aku hanya ingin jujur dan tak ingin menyakitimu lagi, Vo."
"apakah kau menyayangiku?"
"Sangat" jawab Rey mantap.
"tapi, maaf Rey. aku tak bisa lanjutkan jika hanyasakit yang kudapatkan."
Revo berlalu dengan mudahnya. tanpa meminta penjelasan pada Rey yang masih diam mematung di kursi yang tadi kutempati. padahal, pagi tadi masih kulihat dia sedang bercanda dengan Revo dihalaman depan kampus.
***
esok hari........
"aku tak bisa...."
"apa maksudmu? kemarin kau iya-kan lalu sekarang kau putus-kan?"
"sudah kukatakan dari awal aku tak bisa, bukan?" Rey emmbantah.
"ah, kau begitu mudahnya katakan itu. aku yakin kau akan dapatkan karma serupa dengan apa yang kurasakan."
berakhirlah hubungan Rey dengan teman lamanya itu. tapi entah apakah yang masih ia rasakan.
***
2 hari kemudian......
"sudah kuselesaikan semuanya, Mo. aku sedikit lega." dia tersenyum.
"sedikit?" aku bertanya.
"ya. sedikit, Mo. belum tuntas jika aku masih rasakan bimbang."
"siapa? Fa?" aku menebak.
"kau tahu." dia menunduk. seperti biasa.
"dia itu untukmu, Rey. percayalah."
***
satu bulan kemudian..........
"4 tahun aku menyukaimu tanpa berani menyatakannya, kubiarkan hubungan kita menggantung hingga kau jatuh pada yang lain. tapi, takkan kubiarkan kau menghilang lagi dari peredaranku, Rey."
"Kau serius, Fa?" mata sahabatku berkaca-kaca tak terbendung.
"Ya. aku terlalu menyimpan gengsiku untukmu. tapi kali ini, kulenyapkan apa yang kutakutkan, aku tak mau kehilangan medanku untuk kesekian kalinya."
Aku jadi ingat bagaimana 4 tahun lalu awal mereka berkenalan. sama-sama malu. tapi akhirnya mereka menjadi saling dekat. saling menyemangati. mereka sama-sama mendapatkan IPK tertinggi yang luar biasa. aku tak menyangka sebelumnya. dengan siapa-pun Rey, Fa selalu ada. menjadi teman bertanya oendapat, bercerita apa saja, teman ngobrol malam yang asyik.
aku juga ingat saat Rey sakit 4 tahun lalu. badannya yang kejang-kejang seketika membuat Fa sangat ketakutan. Fa segera menyusul dengan kecepatan tinggi ke rumah sakit. sesampainya dirumah sakit, Fa menemukan Rey tergeletak lemah. kuingat sangat percakapan mereka.
Fa : Kau baik-baik saja, Rey?
Rey : Ya. seperti yang kau lihat.
Fa : Jangan buat aku khawatir yang berlebih lagi. kau tahu? aku tak mempedulikan keselamatanku saat menyusulmu kesini.
Rey : terimakasih, Fa. seharusnya kau tak perlu seperti itu.
Fa : kau bilang terimakasih? seharusnya kau katakan maaf karena membuatku khawatir yang tak biasa. sekarang kau istirahat.
lalu, kulihat mata mereka saling adu pandang. mulai sejak saat itu kurasakan mereka berdua saling mencintai namun tak pernah berani untuk mengungkapkan. dan kini, kulihat sendiri Fa menyatakan perasaan 4 tahunnya. masih dengan tatapan dan adu pandang yang sama. berisi cinta dan kasih yang tak pernah pudar sedikitpun.
"Maukah kau menjadi......kekasihku?" Fa berani menyatakannya.
"kekasih, Fa?" Rey kaget tak percaya.
"Oh maaf. bukan. calon istri seumur hidupku. boleh kuulangi? maukah kau menjadi seorang istri-ku?"
"Aku mau, Fa. tanpa berpikir panjang Rey mengiyakannya.
***
3 tahun kemudian........
Fa dan Rey menikah diusia mereka yang sama-sama 23 tahun namun sudah sangat sukses. hebat. yang kutahu, cinta mereka suci, putih. tanpa noda. bagaimana tidak? mereka tidak pacaran. hari itu, Fa hanya menyatakan perasaannya dan berjanji menikahi Rey saat sudah sukses nanti. dan Rey juga berjanji tak akan bermain-main lagi dengan cinta. tak ada pegangan tangan, tak ada pergi berdua, tak ada hal-hal negatif yang mereka lakukan. mereka resmi berpegang tangan sejak hari ini. ya hari pernikahan mereka.
Happy Wedding for my Bestfriend;*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar