Minggu, 27 Juli 2014

TIMES



TIMES
            Waktu. Bukan sembarang aku menimang waktu untuk menyatukannya agar tak ada lagi kesalahan. Antara satu, dua, tiga, atau bahkan empat bukan main-main aku memilih satu diantara keempatnya. Dengan alasan, dengan ketentuan, dengan pemikiran, dengan apapun yang aku punya. Kuingat lagi ketika seorang sahabat paling baikku mendatangi dan memelukku lagi.
            “Akhirnya, Fe. Akhirnya, semangatku itu kembali lagi. Aku tak tahu ini mimpi ataukah hanya khayalanku saja?” kau mengatakannya dengan wajah berbinar.
            “Coba katakan, apa yang terjadi, Me?” aku memintamu menceritakannya, aku semakin penasaran dengan ceritamu yang sering berubah namun tetap konsisten pada intinya.
            “Kau adalah tempat untukku meletakkan, menuliskan, dan mengembangkan ceritaku, Fe. Kau yang paling tahu tentang cerita-ceritaku. Kau ingat aku pernah bercerita sesuatu tentangnya? Tentang dia yang sudah 3 tahun lamanya meruang di jantung dan nadiku? Dia yang pernah kuceritakan tak pernah mengerti mengenai apa-apa yang kutelaah dengan sebab pasti? Dia yang merupkan semangat dan sukses cerminanku? Kau ingat itu, Fe?” kau begitu antusias.
            “Ya, Me. Sangat ingat, kenapa?”
            “Aku tak tahu apakah ini benar-benar nyataku atau tidak. Dia........... dia benar-benar memberanikan dirinya untuk mengajakku pergi meski sekedar untuk berjalan-jalan atau makan malam besok. Setahuku, dia tak pernah berani untuk mengajak seeorang atau beberapa wanita pergi. Tapi entahlah jika itu hanya sekedar pikirku, atau bahkan dia sudah pernah melakukannya pada orang yang lainnya dan aku yang kesekian kali. Entah aku tak peduli. Yang kutahu hari ini aku bahagia, Fe.”
            “Aku mengerti, Me. Aku juga senang jika kau senang. Tetaplah dia jadi semangatmu selalu, ya. Di hebat, pintar. Sangat bisa untuk menjadi semangat jika kau mulai merasa malas. Aku mendoakanmu, Me.”
            Aku mendoakan sahabatku tak main-main, sama seperti aku memilih waktu. Tak pernah main-main. Menurutku, Me sahabatku adalah segalanya. Cerminan diriku. Bahagianya adalah bahagia yang kujadikan milikku entah mulai kapan dan akan kuletakkan untuk seterusnya. Bahagianya untukku sangat berharga, sama berharganya seperti waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar