Minggu, 27 Juli 2014

CERITA HARI INI



TENTANG SAHABAT
Sahabat.
Cukup satu kata. Tak perlu ditambah atau dikurangi beberapa huruf. Cukup satu. Ya. Satu saja sudah sangat lengkap. Tak saling mengapit, tanpa jarak atau apapun yang memisahkan. Melengkapi dengan huruf-huruf cantik tanpa balutan di-imbuhi titik manis pada akhirnya.
“Pasti ceritamu lagi yang ada di majalah sekolah itu, Day?” Kata suatu teman.
“Iya. Itu pasti. Kau selalu rajin menulis cerita dan mengirimnya entah kemana-pun itu. Aku yakin kau akan sukses dengan tulisan-tulisan bernyawa-mu itu.” Teman satunya menimpali yang kupikir terlalu berlebihan.
“Aku tahu. Tak lain tak bukan, Iin sahabatmu yang menjadi peran utamanya, bukan?” Temanku yang pertama meyakinkan.
Aku angkat bicara. “Aamiin. Semoga saja. Mohon doakan, ya.”
“Coba, Day. Ceritakan bagaimana hubunganmu dengan sahabat terbaikmu itu?”
Aku mengatur nafas. Mencari sisi dimana aku harus memulai tema diskusi hari ini.
“Tentang sahabatku?” aku mencoba meyakinkannya sekali lagi.
“Ya, Day. Tolong ceritakan. Agar aku mengerti, agar aku tahu apa arti sahabat yang sebenarnya.”
“Aku tak pernah tahu apa arti sahabat yang sebenarnya. Tapi, aku tak pernah berjanji menjadi seorang sahabat, aku tak pernah berkata padanya bahwa aku sahabatnya atau dia adalah sahabatku. Semua berjalan seperti air, terus mengalir tanpa skakmat di satu titik.” Aku menjawab.
“Ah. Aku tak mengerti mengapa sesulit ini mengerti bahasamu itu.”
Aku tersenyum.
“Cece.... Ini untukmu.” Iin menyerahan sebuah bingkisan padaku.
“Apa ini, Mi?” tanyaku.
Aku membuka. Al-Qur’an lengkap dengan terjemahannya, baju yang ia bawa saat acara tour sekolahnya serta kalung biru indah yang ia buat sendiri. Indah. Aku menyayangi apapun yang ia beri. Sama seperti aku menyayanginya tanpa batas.
“Terimakasih, Mi.”
Kulihat dia tersenyum padaku. Mengambil tempat duduk disampingku.
Rasa ini akan bertahan sampai kapanpun, karena aku, kamu, kita tidak akan pernah menjadi dua dari satu yang dipisahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar