Minggu, 25 Mei 2014

Nilai



            Tidak A, tidak B, tidak C dan tidak D. Terlalu mudah bagi para penyontek ulung mendapatkan nilai setinggi itu. Terlalu mudah bagi para guru iba yang memberi nilai baik diatas itu. Dan sangatlah kasihan pada mereka yang rajin tanpa absen dari segala macam buku lalu dapat nilai tak sesuai.
            Siang malam berkutat dengan buku, mencari referensi tugas tak ber-perikemanusiaan. Tak ada toleransi. Inikah yang disebut nilai? Segala hasil dari apapun yang mencakup semua dari sikap dan perilaku. Kita yang dipermainkan nilai atau nilai yang mempermainkan kita? Sama saja!
            Selalu saja nilai menjadi tolak ukur, selalu saja nilai menjadi cerminan diri bagi orang-orang tak mengerti. Dan sekarang aku bertanya, apakah nilai itu?
            Yang kutahu hanya nilai 10, 9, 8, 7, 6. Akh! Percuma saja. Itu sia-sia menata nilai.
            Nilai-nilai palsu dan segala bukti antah-berantah. Aku benci. Tak pernah lagi ada pertimbangan. Belajar dengan baik namun sedikit dari pemahaman. Bagaimana jika semuanya tak ada yang mengerti? Belajar mati-matian dengan tugas setumpuk-pun tak lebih dari angka 7 yang dimerahkan.
            Tak pernah absen dan selalu bersikap baikpun sepertinya juga tidak mungkin menambahkan. Lalu bagaimana? Kulihat para tentara negeri mendapatkannya dengan mudah. Dengar! Ini bukan masalah otak! Tuhan tidak menciptakan otak manusia sama meski memiliki fungsi sama untuk berpikir.
            Pasti saja dapat sindiran dan pandangan rendah karena nilai. Untuk apa ada nilai jika akhirnya menjatuhkan? Untuk apa kukerjakan berbagai macam tugas jika akhirnya hanya pilih-pilih? Pintar bukan jaminan, begitu? Keberuntungankah? Hal yang seharusnya tak kuketahui.
            Aku heran. Darimana mereka menilai beribu manusia jika tak mengujinya satu persatu? Bisa saja mereka menyiapkan contekan atau bertanya pada teman dengan raut wajah memelas. Kurasa Tuhan tak pernah melihat nilai, namun usaha. Sejauh mana usaha kita mendapatkan nilai maksimal dengan usaha sendiri.
            Tak usah lagi ada nilai-nilai menyesatkan pikiran dengan ditebalkan tinta merah yang menyakitkan dua mata sekaligus. Tak usah lagi ada sindiran-sindiran manis berbumbu pahit yang diperparah. Karena sebenarnya, nilai tidak selalu imbang dengan usaha yang kita lakukan. Tidak !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar