Hampir dua tahun aku
tak lagi bertemu denganmu. Kabarmu pun aku tak pernah tahu. Kesibukan juga
selalu memberi jeda panjang antara jarak yang membentangkan kita. Terlalu lama
aku jauh dalam kehidupanku sendiri sejak beranjak dari tempatku. Meninggalkan
tempat tinggal, keluarga dan sahabat-sahabat terbaikku.
Kehidupan kini mungkin sudah berubah. Waktu selalu berjalan
dan mustahil untuk dihentikan. Aku menarik nafas panjang, mencari celah yang
disembunyikan oleh sang Kuasa. Sebagaimana yang telah diisyaratkan bahwa kata
hati adalah saran paling baik dari seribu saran terbaik. Mungkin aku belum
mengerti bagaimana cara memahami hati, namun aku mencoba. Karena, aku tahu, ada
surga setelahnya.
2012 berlalu menjadi 21013 dan disusul oleh 2014. Waktu
yang lama untuk tidak menemuimu. Satu dari sepuluh cerita itu kini masih
tersimpan. Tentang semangat yang pernah berkobar hebat kala itu. Tentang
semangat yang tak pernah padam saat tiba-tiba kau hadir menemuiku dan
menyampaikan sedikit pesanmu untukku tanpa perantara. Mendorongku menjadi lebih
baik. Dan kau selalu berkata bahwa ini bukan ilusi semata atau sebuah
fatamorgana.
“Mari, kita bersama-sama menuju kesuksesan. Aku tahu, tak
ada yang lebih hebat dari dua semangat yang disatukan.”
Itu katamu yang tak pernah kulupa. Aku juga tak bisa
berhenti menuliskan cerita-cerita dulu yang lebih indah dari hari ini. Terlalu
indah untuk dilupakan. Dan mungkin bila aku dapat memohon, aku tak ingin berada
dihari ini, ditempat ini, disini, aku benar-benar tak mau. Aku ingin tetap
disana, mengejar mimpi-mimpi bersamamu. Aku ingin tetap disana, karena disana
adalah tempat yang lebih baik dari segala tempat paling baik disini. Teringat
saat kita berjuang bersama-sama membawa nama sekolah meski akhirnya kau yang
selalu jadi pemenangnya. Pulang membawa melebihi satu piala.
Ingatkah kau? Pagi dulu, hampir dua kali di setiap bulan
dihari minggu kita selalu bersama menuju tempat perang dimana kita harus
mempertanggungjawabkan amanat sekolah. Kau tak pernah putus asa. Kau selalu
terlihat sumringah meski awan cerah ditutupi mendunng kelabu. Kau......hebat.
Di pagi itu dalam perjalanan, kau tak pernah absen membolak-balik kertas,
disaat teman-teman yang lain merileks-kan hati dengan mendengarkan lagu favorit
kita, Avril Lavigne. Sesekali kau ikut bersenandung. Aku mengamatinya.
Lalu kita sampai dengan selamat, meminta nomor peserta
pada panitia. Memulai perang dengan sahabat setia ditangan, tekad yang kuat dan
restu dari orangtua. Kau juga selalu satu ruangan denganku, tanpa direncanakan.
Dan nasi yang dibungkus kertas minyak cokelat itu turut menjadi saksi
perjuangan kita diteras sekolah lain saat menunggu pengumuman hasil perjuangan
kita. Hingga saat yang ditunggu tiba. Kau dinobatkan menjadi yang terbaik, yang pertama dari ribuan peserta. Maka,
setiap senin-nya kau akan dipanggil ke mimbar sekolah saat akhir upacara atas
keberhasilanmu.
Sahabat. Kini jarak terbentang jauh antara kita. Kau
disana aku disini, tak pernah lagi aku mendengar tentangmu. Menghubungimu pun
aku malu. Aku tak lagi bisa disetarakan denganmu meski aku tahu kau tak akan
pernah melihat dari segi itu. Mungkin aku bisa dikatakan berubah. Semangatku
tak berkobar seperti dulu. Pengaruh alam dan lingkungan bahkan tanpamu menjadi
faktornya.
Belakangan, aku kembali menemukanmu. Meski tak sempat
tegur sapa dijejaring sosial yang kutemukan pagi tadi. Aku membaca ucapan “selamat”
dari salah satu temanmu yang
menyatakan kau menjadi pemenang dari sebuah lomba ternama dikota kita. Kau
tetap tak berubah, masih seorang sahabat seperti dulu. Yang hebat, yang selalu
menjadi yang pertama. Diam-diam aku bangga padamu, pada semua prestasi-prestasi
yang telah kau ciptakan.
Kini, aku menyusun strategi. Berusaha menyeimbangkan posisiku
agar dapat sejajar denganmu lagi. Agar aku tak malu bila berada kembali
didekatmu. Semangatmu sahabat, menjadi semangatku yang mulai hari ini tak akan
kupadamkan. Mari kita buktikan dan tepati janji yang pernah kita ucapkan
dahulu, untuk berada ditangga kesuksesan bersama-sama. Dan selamat, untuk semua
prestasimu. Aku disini mendoakanmu, dari jauh, dari hati, dengan cinta, dengan
bangga yang terselubung.
Untuk
seorang sahabat di Pamekasan, Madura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar