Senin, 21 November 2016

Aku tak butuh sosok lain untuk melengkapiku!


Apakah kita punya banyak waktu untuk saling mengenal? Ternyata bertahun-tahun pun tak cukup membuatku mengenal kamu. Kukira aku tahu banyak hal. Ya benar. Aku punya banyak hal yang kutahu tentang kamu. Sifatnya umum. Dan aku gagal jadi detektif calon FBI.

Bukan lagi waktu untuk dekat dan saling tahu. rasanya aku lelah memulai lagi cerita baru yang tak banyak orang tahu. melewati tahap saling kenal lalu menjadi akrab dan mencipta cerita baru lagi. Rasanya aku tak punya waktu untuk itu. Terlebih untukmu yang katanya mencintaiku tapi tak tahu apa-apa tentangku.

Benar saja. Rupanya aku tak butuh sosok yang benar-benar baru meski kenal cukup lama. Bersama dengan dua lelaki ini saja sudah membuatku merasa aman, dihargai, dilindungi, dan dicintai. Aku hanya perlu mereka untuk tetap tinggal dan aku akan bahagia.

Ternyata aku tak benar butuh kamu untuk sungguhan datang seperti mimpiku kemarin-kemarin. Segala rasa yang kau berikan bahkan telah kudapatkan dari keduanya—dua lelaki yang kumaksud tadi. Pahitnya, kau hanya memberi satu rasa, tidak lebih dan kurang dari “bahagia”. Tapi maaf, rasa itu telah dipenuhi dua lelakiku.

Kau... akh! Aku baru sadar. Selama ini bukan cinta yang kukira bermukim didiri. Sekadar rasa suka atau kagum yang berlebihan tapi tak pernah jadi cinta. Kau bertanya apakah aku yakin mengatakannya. Aku sedikit ragu. Tapi kuharap, Ya!

Terimakasih kedatanganmu, Sayang.


Ini hari aku ingin terus tidur. Bermimpikan kamu atau memimpikan hal yang sebenarnya sudah terjadi. Aku tak mau buka mata. Aku suka berimajinasi tentangmu. Imajinasiku liar. Liar terhadap orang-orang yang liar. Kau liar dipikiranku. Memohon tak mau pergi bahkan tinggal.

Sayang, kejujuranmu malam itu membuat cemas. Aku senang tapi tak seharusnya. Kelakuanmu memancing inginku yang lebih tapi tak akan mungkin. bukankah dari dulu sudah kukatakan bahwa tak ada harapan untuk melakukan hal yang tak semestinya?
Aku tidak menyesal, sayang. Aku juga bahagia. Boleh kutahu sejak kapan? Dan aku akan jelaskan sejak kapan ada rasa yang bertahun-tahun terjaga ini dimulai. Akan kuceritakan secara detail jika kau mau.

Cinta, aku senang sekali kau sibuk, tak seperti kebanyakan orang yang hanya berleha-leha dirumah. Tak mau terlepas dari gadget ataupun bangun dari tempat tidur mereka. Kau istimewa karena fikiranku atau karena kau memang benar istimewa?

Sayang, kau tak sadar kan? Jemariku sudah terbiasa lagi untuk mencipta kata dengan tiupan roh. Coba lihat satu atau dua bulan lalu. Menggerakkan tangan saja tak mampu. Sahabat lelakiku juga tak dapat menggantimu untuk menuntun jemariku menulis kata. Tapi, bisakah kau bantu aku? Agar jangan tentangmu terus yang kutuliskan, tetapi tentang mereka. Pun dunia.

Sabtu, 05 November 2016

Aku Ingin Lepas atau Tidak?


Aku kalah pada hatiku sendiri, sudah lewat satu bulan aku berhasil lupa. Tidak ada ingatan bahkan bayangan tentang kamu. Juga tidak ada lagi rindu besar yang kusimpan. Aku, bebas..... tapi, kebebasanku hanya untuk sebulankah?

Kau datang (lagi) dan aku tak lagi merasa tenang. Dikira bahagia padahal tidak. Kehadiranmu mengundang was-was, Sayang! Dikira mencintaimu menyenangkan padahal tidak juga.

Aku sudah bebas......kemarin. tapi kini kau paksa lagi menempati ruang. Ruang yang bertahun-tahun menjadi tidak hanya sekadar rumah untukku. Ruang yang kata orang adalah tempat kembali. Aku tak mau pulang ke tempat ini.

Memang indah, tapi tidak dengan hati cemas. Kau sudah membuka salah satu pintu rahasiamu. Didalamnya sangat indah dan aku terpesona. Tapi tidak! Indah itu menyengsarakan hati. Menguras otak, mendetakkan jantung dengan lebih kencang, membuat sakit perut. Itukah keindahan?

Aku tak butuh bahagia darimu. Harusnya kau tak usah datang. Menjemputku pulang dan membuka pintu rahasia. Aku cukup lelah dengan permainan ini.