FATAMORGANA
Pura-pura. Banyak sekali kepura-puraan yang tercipta tanpa sebab yang pasti. Melipat jarak untuk ucap kata yang di maksimalkan atau di minimalkan. Aku meradang. Entah tetap berdiri di satu titik atau bergeser meski satu atau dua milimeter ke arah kanan atau kiri. Satu koma atau beberapa tanda tanya tak mungkin menemukan tanda seru yang diperbanyak.
“Lepas saja semuanya. Katakan yang tak semestinya, lalu kau boleh pergi.”
Ini lagi, satu lagi. Selalu saja angka yang menjadi pertanggungjawaban tanpa mengaca diri. Aku berkaca, aku mencoba berkaca, aku semakin mencoba berkaca. Akh! Tanda apalagi yang harus menjadi penghalang atau melanjutkan cerita-cerita palsu yang diperparah.
Aku atau siapapun tak akan ada yang mengerti bahwa dimana aku menempatkan cerita dan seberapa banyak kemampuan alam. Aku saja tak tahu, aku saja tak mengerti, aku saja tak paham. Bagaimana kau mencoba untuk memahami—hal yang kurasa tak perlu?
“Palsu, yaa?” hahahaha tertawa saja tak cukup. DENGAR!!!! Tertawa saja tak cukup.
Coba kemari. Merapat. Kau dengar. Apapun yang kau pasrahkan, kau telaah tanpa sebab yang pasti. Kau tak akan mengerti, kau tak akan mengerti. Kenangkan, aku tak mungkin. Aku tak mungkin untuk mengenangkan.
Pura-pura yang tersisa, pura-pura yang tak terucap.
Rabu, 08 Juli 2015
Jumat, 27 Maret 2015
Jika Ini Adalah Aku
Ini aku dengan segala kelemahanku
Ini aku dengan kelebihanku
mana orang mau tahu tentangku terutama kelebihanku.
kekuranganku saja yang mereka ingat
tanpa sadar setiap orang memiliki passion yang berbeda
kau setuju?
disini kurangku, disana lebihmu
disini lebihku, disana kurangmu
kau katakan aku iri? tidak. aku tidak iri
aku hanya lelah mendengar orang-orang yang tak tahu dimana kemampuanku sok tahu saja
ini bukan permainan, kan?
aku bebas memilih dimana kemampuanku? dimana bidang yang harus aku geluti?
jangan paksa aku, dong.
memang tidak memaksa, tetapi seperti tuntutan.
memang bukan tuntutan, tapi perkataanmu itu yang membuatku enough, bosan
apalagi harus menyogok pemerintah untuk jadi seorang PNS
dengan alasan "kau tak akan dapat kerja jika tak ada channel atau tak punya banyak uang"
aku tak mau jadi PNS, tak akan mengubah Indonesia
seperti kata wakil presiden kita Jusuf kalla
"Kalau anak muda zaman sekarang hanya mau dan bercita-cita menjadi PNS, maka Indonesia tidak akan mengalami perubahan."
aku tak mau.
aku memang belum bisa menghasilkan apa-apa, tapi akan aku pelajari dan cari tahu
kelak aku akan mendapatkan sebuah penelitian
tapi jika itu jalanku, akan aku jalani dengan cara yang baik dan murni
tidak menyogok dan tak perlu titipan
kau tahu bagaimana hukumnya? haram.
lebih baik aku tak usah kerja dari pada harus mengorbankan akhiratku
mencoba sebuah usaha dari nol.
meskipun banyak orang bilang ini omong kosong
aku memang tak tahu menahu soal dunia kerja
tetapi setidaknya aku ingin pegang teguh pada prinsip gilaku
aku ingin bekerja karena kemampuanku
dibidang yang ingin aku peluk dan kugenggam
percayalah, aku tak perlu sekolah terlalu tinggi
cukup setelah lulus sarjana aku akan bekerja dan menjadi pengusaha
setelah menikah aku akan berhenti bekerja dan meneruskan usahaku
aku ingin dirumah menemani anak-anakku, menyambut anak pulang sekolah dan suamiku pulang dari kantor
memasakkan makanan kesukaan mereka
tanpa harus ketinggalan zaman
alangkah bahagianya
kebahagiaan di akhirat lebih bermakna ketimbang mengejar nilai pelajaran yang tak pasti
aku tak perlu sukses-sukses amat di dunia hanya karena nilai antah berantah pemberian bapak ibu guru
tapi aku mau sukses di akhirat bersama keluarga kecilku kelak
Ini aku dengan kelebihanku
mana orang mau tahu tentangku terutama kelebihanku.
kekuranganku saja yang mereka ingat
tanpa sadar setiap orang memiliki passion yang berbeda
kau setuju?
disini kurangku, disana lebihmu
disini lebihku, disana kurangmu
kau katakan aku iri? tidak. aku tidak iri
aku hanya lelah mendengar orang-orang yang tak tahu dimana kemampuanku sok tahu saja
ini bukan permainan, kan?
aku bebas memilih dimana kemampuanku? dimana bidang yang harus aku geluti?
jangan paksa aku, dong.
memang tidak memaksa, tetapi seperti tuntutan.
memang bukan tuntutan, tapi perkataanmu itu yang membuatku enough, bosan
apalagi harus menyogok pemerintah untuk jadi seorang PNS
dengan alasan "kau tak akan dapat kerja jika tak ada channel atau tak punya banyak uang"
aku tak mau jadi PNS, tak akan mengubah Indonesia
seperti kata wakil presiden kita Jusuf kalla
"Kalau anak muda zaman sekarang hanya mau dan bercita-cita menjadi PNS, maka Indonesia tidak akan mengalami perubahan."
aku tak mau.
aku memang belum bisa menghasilkan apa-apa, tapi akan aku pelajari dan cari tahu
kelak aku akan mendapatkan sebuah penelitian
tapi jika itu jalanku, akan aku jalani dengan cara yang baik dan murni
tidak menyogok dan tak perlu titipan
kau tahu bagaimana hukumnya? haram.
lebih baik aku tak usah kerja dari pada harus mengorbankan akhiratku
mencoba sebuah usaha dari nol.
meskipun banyak orang bilang ini omong kosong
aku memang tak tahu menahu soal dunia kerja
tetapi setidaknya aku ingin pegang teguh pada prinsip gilaku
aku ingin bekerja karena kemampuanku
dibidang yang ingin aku peluk dan kugenggam
percayalah, aku tak perlu sekolah terlalu tinggi
cukup setelah lulus sarjana aku akan bekerja dan menjadi pengusaha
setelah menikah aku akan berhenti bekerja dan meneruskan usahaku
aku ingin dirumah menemani anak-anakku, menyambut anak pulang sekolah dan suamiku pulang dari kantor
memasakkan makanan kesukaan mereka
tanpa harus ketinggalan zaman
alangkah bahagianya
kebahagiaan di akhirat lebih bermakna ketimbang mengejar nilai pelajaran yang tak pasti
aku tak perlu sukses-sukses amat di dunia hanya karena nilai antah berantah pemberian bapak ibu guru
tapi aku mau sukses di akhirat bersama keluarga kecilku kelak
Selasa, 20 Januari 2015
Untuk Sang Maha Cinta
Kesabaranku menggunung, aku bukan makhluk satuan yang tidak mengggunakan daya ingat untuk menyertakan nalar disetiap jalanku bertindahk. Ini juga bukan lagi hal yang teramat penting, bukan reka yang dibuat-buat berdasarkan nama dan tanggal lahir dalam kalender jawa.
Ini bukan yang kali pertama, namun juga bukan kedua maupun ketiga. Bahkan untuk kata lain yang memiliki arti lain bukanlah penyebab utama. hanya satu kata yang dipermainkan secara paksa, diulang-ulang karena tak lagi ada kata lain.
Jika semua cerita dapat segera kuenyahkan, dengan penalaran tidak serupa yang kulakukan. Kau akan menjadi yang paling salah. Entah, "Kau" yang mengggantung atau "Kau" yang digantung. sebenarnya aku tidak peduli. Ini caraku menyembunyikan lagi kata-kata lain yang kau balas dengan kata baru. Ingat, bukan kata yang dienyahkan lalu didaur ulang. Tidak begitu.
Saatnya tiba, ketika aku sudah sampai diujung. Atau kakiku tidak lagi menapak bahkan mengengggam saja tak mampu, bukan sebagai pelarian aku datang. karena aku tahu siapa pemilik cinta sesungguhnya. Bukan dia atau dia dan dia yang diciptakan. Tapi, Dia yang menciptakan.
Sajak ini belum selesai, akan ada lagi kelanjutan dimana bukan episode atau part session yang dipertegas. Tunggu saja, aku tidak bodoh. karena aku tahu bagaimana seharusnya aku.
Ini bukan yang kali pertama, namun juga bukan kedua maupun ketiga. Bahkan untuk kata lain yang memiliki arti lain bukanlah penyebab utama. hanya satu kata yang dipermainkan secara paksa, diulang-ulang karena tak lagi ada kata lain.
Jika semua cerita dapat segera kuenyahkan, dengan penalaran tidak serupa yang kulakukan. Kau akan menjadi yang paling salah. Entah, "Kau" yang mengggantung atau "Kau" yang digantung. sebenarnya aku tidak peduli. Ini caraku menyembunyikan lagi kata-kata lain yang kau balas dengan kata baru. Ingat, bukan kata yang dienyahkan lalu didaur ulang. Tidak begitu.
Saatnya tiba, ketika aku sudah sampai diujung. Atau kakiku tidak lagi menapak bahkan mengengggam saja tak mampu, bukan sebagai pelarian aku datang. karena aku tahu siapa pemilik cinta sesungguhnya. Bukan dia atau dia dan dia yang diciptakan. Tapi, Dia yang menciptakan.
Sajak ini belum selesai, akan ada lagi kelanjutan dimana bukan episode atau part session yang dipertegas. Tunggu saja, aku tidak bodoh. karena aku tahu bagaimana seharusnya aku.
Langganan:
Komentar (Atom)