13 Oktober 2013
Pertemuan yang memang belum pernah kubayangkan, setelah hampir 8 tahun tak lagi ada kabar atau berita yang kau titipkan. tiba-tiba, saat ini kau ada didepan mataku, dihadapanku. meski aku benar-benar tak tahu maksud dari ketidak-sengajaan ini.
"Uhm, kemana saja selama ini?" Tanyamu.
"Aku menuju tujuan hidupku." Lalu kita tertawa bersama.
"Kau ingat kapan terakhir kali kita bertemu?" Kau memulai nostalgia itu terlebih dahulu.
"Terakhir? Perpisahan SMP?"
"Right. Kau sangat berubah, Day. Terakhir kali aku melihatmu menggunakan gaun hitam dengan renda dan pita bagian atasnya, high heels dan bandana warna senada. Kita tidak sempat foto bersama, karena kau sangat sibuk berfoto ria dengan teman-temanmu." Itu katamu, padahal kukira, kau-lah yang sangat sibuk dengan aktivitasmu dengan teman-temanmu kala itu yang hadir sebagai alumni.
"Kau juga berubah. Jauh. dulu kau pendiam. ternyata sekarang jauh lebih banyak bicara daripada aku."
***
10 Oktober 2013
"Hei, Kau day?"
"Yes, Are you Badai?" Aku tersentak kaget. ada dirimu atau bayangan dirimu yang tak kuketahui kebenarannya. tapi kurasa itu benar-benar kau. Badai.
"Iya. Aku Badai."
"Maaf, aku tak bisa lama-lama. Ada jadwal meeting hari ini dengan client. Aku duluan, bye!" Aku melangkah pergi meninggalkanmu di lobby tempat kerjaku.
***
13 Oktober 2013
Sender : 0819765xxx
What about some tea? i'm waiting at the crossroads!
Badai.
Ini rasa kagetku yang kesekian kali. pertama karena bertemu dengannya di lobby tempat kerjaku, kedua karena dia mengirimiiku sms. dapat darimana nomor handphone-ku?
aku berjalan melewati jalanan yang tidak sama sekali bisa dikatakan bising, menyusuri sudut kota mencari tempat yang dimaksud. Finally, aku sampai.
Dia sudah menunggu ditempat favoritnya, pojok ruangan.
"Hai, maaf aku terlambat. baru kubaca message-mu satu jam setelah kau mengirimnya."
"Nevermind. Pesan?"
Aku memanggil waiters didepanku.
"Hot tea satu, french ries satu." Pesanan biasaku.
"Bagaimana?" tanyamu mencurigakan?
"Huh? apanya yang bagaimana?"
"Ohaha, tidak Day tidak."
***
23 Juli 2005
Ibu memintaku mampir kerumah temannya diperumahan dekat sekolah yang akan kulewati pulang nanti. Tante Maya. Yang kutahu, mereka sudah berteman sejak lama. Saling mengunjungi, berlibur bersama dan melakukan aktivitas lainnya bersama-sama. Sayang, tante Maya belum menikah sampai saat ini. Dia tinggal sendiri dan hidup sebagai wanita karir yang sukses.
Lumayan sering aku mengunjungi rumah tante Maya, tanpa ibu minta pun terkadang aku menyempatkan diri mampir jika tante Maya ada dirumah. Aku juga biasa menceritakan pengalaman pribadiku padanya.
"Tante, Day pamit ya. Takut kesorean, nanti Ibu khawatir. Assalamualaikum, Tante."
"Oke sayang, Waalaikumsalam. Hati-hati." Katanya setelah mencium keningku.
Hampir semua tetangga tante Maya mengira bahwa aku ini anaknya, alasannya karena wajah kami berdua lumayan mirip. Ibu sempat mengambek karena hal ini. Lucu.
"Day......" Kudengar teriakan seorang lelaki.
"Ya? Ehm, sebentar. Kau......... Badai?" Aku menebak.
"Yes, You're right. Can I ask ur number?"
"Uh-huh? Nomorku?"
Aku tidak mengenal lelaki yang berada dihadapanku saat ini. Hanya sekedar tahu, bahwa dia kakak 3 angkatanku. Dia sering kesekolah dan tetangga tante Maya.
"Untuk apa?" Tanyaku.
"Untuk kusimpan saja, boleh?"
"Maaf. Tidak. Mungkin lain kali. Maaf aku harus pulang, Kak Badai."
Kulajukan sepeda motor yang kukendarai. aku khawatir ibu mencariku karena aku tidak biasa pulang sesore ini. Mungkin aku terlalu asyik menemani tante Maya menonton film romance terbaru yang baru dia beli.
***
"Day, for the second time. Can I ask ur number?" Aku duduk dikantin sekolah. Tiba-tiba lelaki ini berada dibelakangku.
"For what?"
"Akh! Please, don't ask me anything."
"Uh, Okay." Aku menyerah. menyerahkan selembar note dengan nomorku didalamnya.
Benar-benar tidak mengerti. Lalu ia pergi. tanpa mengucap terimakasih atau hal lainnya.
"Day, jangan sama dia. Dia tidak baik. Kau tahu? His ex is everywhere." Inna, sahabatku turut andil dalam hal ini.
"Hah? Aku juga tidak memiliki rasa apa-apa, In." Aku menyendok lagi bakso berkuah yang sudah kutambahkan kecap dan sambal itu.
"Ya, Tidak hari ini. But, just look at tomorrow or the day after."
***
23 September 2005
"So, Will you be my heart?"
"Huh? Are you serious?"
"Ya. Please say yes." Kau sedikit memaksa.
"Okay, i will."
"So, don't call me "Kak" again. Just my name. Badai."
***
Usia hubunganku kini sudah berjalan satu bulan. Masih belum ada masalah. Karena menurut banyak orang, pada usia hubungan yang masih baru belum bisa dirundung masalah.
Badai mengajakku pergi ke bukit disamping desa, tidak berdua. ber-enam dengan teman-temannya. Aku mengiyakan karena aku sangat menyukai alam. Apalagi, 2 diantara temannya juga mengenalku.
Kami berangkat jam 05.00 pagi, dan sampai diatas bukit 3 jam setelahnya.
"Mau berpencar? Aku ingin kesana dengan Ray."
Akhirnya kami ber-enam berpencar. Aku dan Badai tetap ditempat, diatas bukit sambil melihat pemandangan yang memang jarang sekali kami lihat.
"Indah...." Kataku.
"Iya, sepertimu." Kau menggombal.
"Minggu depan, aku sudah menjadi anak SMA dan kau kuliah. Usia kita terpaut jauh sekali." Aku memulai.
"Jauh? hanya berbeda tiga tahun. Apa salahnya?" Kau menenangkan tanpa mempermasalahkan.
"Kau terlalu tua." Aku meledek.
"Jadi, kau tak suka dengan yang tua?"
"Kenapa kau menyukaiku?" Aku mengalihkan, pertanyaan yang telah lama bergelayut dipikiranku.
"Tanpa alasan. Dan aku tak mau dengan alasan, karena saat aku mencintai atau menyukai dengan alasan, dan saat alasan itu hilang, maka cintakupun hilang." Kau merangkai kata-kata itu.
***
3 bulan, waktu yang lumayan singkat untukku mengenal Badai setelah peresmian hubungan kami. Dia memang selalu meluangkan waktunya untukku. Dia juga selalu mengenalkanku pada teman-temannya, membanggakanku. Meski terdengar berlebihan. Dia juga selalu mengundangku untuk menonton pertandingan basket yang sedang dia ikuti. Pernah suatu kali, saat dia sedang mengikuti lomba basket. Dengan tubuh yang berkeringat sangat banyak. dia menghampiriku dipinggir lapangan, memelukku tanpa meminta izin.
"Day, aku tidak kuat lag. Dadaku sesak, Day." Katamu seraya memegang dadamu masih dalam pelukanku. Aku yang panik langsung meminta tolong pelatihmu untuk membawamu kerumah sakit.
Asma-mu kambuh. itu kata dokter. Kau terlalu banyak berlatih tanpa memperhatikan kondisimu. aku bahkan tak mengerti kenapa kau seperti ini.
Tapi, tak lama setelah itu, kau sudah kembali pulih.
7 hari setelah kepulanganmu dari rumah sakit.
Aku tak menghubungimu sejak seminggu lalu. Aku disibukkan dengan tugas-tugas dan persiapan ulangan semester. Aku juga tak tahu kabarmu setelah kau pulang dari rumah sakit. Pesan singkat darimu bahkan tak sempat kubalas karena kesibukanku, tidurku juga sangat minim. Padahal, ini baru SMA.
Sampai akhirnya, saat aku sedang melakukan observasi dirumah warga, kau menelponku.
Badai : Kau dimana? Tak ada kabar? Pesanku tak kau balas? Kau ingin putus? Tolong jangan seperti ini caranya, Day.
Day : Oh maafkan aku, Badai. Aku sedang sibuk. Aku sedang ada dipinggir pantai timur untuk melakukan observasi pada warga. Bisa kita selesaikan urusan ini nanti?
Badai : Baiklah. Temui aku besok malam ditempat saat aku memintamu.
Day : Baiklah.
***
Kau sudah menungguku di tempat janjian kita, dengan kaos biru dan rambut cepak seperti biasanya.
"Maaf lama menunggu, aku baru saja pulang dari pantai timur. Langsung kesini." Aku masih merapikan tas dan barang-barang yang kubawa.
"Day, maaf. Aku tak lagi bisa meneruskan hubungan kita." Itu katamu sambil menunduk.
"Huh? kenapa? Karena aku tak menghubungi selama seminggu?"
"Ya, Day. seharusnya kau memberi kabar dan menjelaskan padaku bahwa kau benar-benar sibuk dan tak ingin diganggu. maka, aku akan mengerti. Tapi, jika seperti ini, aku tak bisa, Day."
"Maaf Badai. Baiklah jika itu yang kau inginkan. aku mengiyakan permintaanmu, karena aku tahu bagaimana berada diposisimu, bukan karena aku sengaja melakukan hal ini agar cepat-cepat putus. setidaknya, kita masih bisa berteman, bukan?"
Hubunganku dan Badai berakhir diusia 3 bulan. Akh. Pacaran macam ini? Sangat sebentar.
***
13 Oktober 2013
"Hahaha, lucu sekali ya cerita lalu kita, Day." katamu.
"Ya, padahal aku benar-benar sangat sibuk saat itu. tapi kau tak mau mengerti. ya itu juga salahku aku tak lebih dulu menghubungimu."
"Day......"
"Ya?"
"Would you start again our relationship?"
aku diam. aku tidak ingin menyakiti perasaanmu. karena saat ini, 2 bulan lagi aku akan melangsungkan pernikahan dengan seorang lelaki yang sudah 3 tahun menjadi kekasihku. maafkan aku Badai. aku memang masih sering mengingatmu. bagaimana tidak? kau orang pertama yang menempati sebuah hati yang kini telah ditempati dengan yang lain nya.
kau berharap.
"Sorry, i hope.... you'll come to my wedding ceremony 2 months."
Dan kau mulai tersenyum pahit meski harus pasrah menerimanya.
Nice story yas :)
BalasHapusTerimakasih, Kak;)
BalasHapushow tragic...
BalasHapususe english little-little Ya. sekalian belajar wkwk-__-
BalasHapus