Aku meredam amarah atas kegelisahanku terhadap angka-angka dan rumus-rumus yang diciptakan si Newton, Bernoulli, Pascal dan yang lainnya itu. Selalu saja hadir untuk membuat masalah, sepertinya mereka tak ingin sekali aku duduk manis memainkan gadget-ku atau membaca novel terbaru yang ingin sekali kubaca. mereka benar-benar tidak mengerti suasana. Aku sudah belajar maksimal, tetapi tetap saja hasilnya nihil untuk tidak mendapatkan "REMEDIAL" dimata pelajaran dari Gay Lussac dan kawan-kawannya itu.
"Ada kesulitan?" Aku sedikit menganga, tiba-tiba ada kau yang sama sekali tidak kukenal. Muncul disaat yang benar-benar kurasa tepat.
"Ah, ada. Bab Fluida. Aku merasa sudah menguasainya, tapi........ tetap saja nilaiku tak jauh dari angka 4." Jawabku malu menyebut nilai yang tak berperikemanusiaan itu.
"Oh ya? Berarti kau belum menguasainya."
Lalu kau memulai menjelaskannya padaku secara detail dan dengan sedikit candaan agar aku tidak gugup. Dan benar, aku sama seklai tidak gugup dan sangat cepat akrab denganmu yang membuatku lebih dari sekedar mengerti tentang bab Fluida yang sangat kubenci itu.
"Kau......siswa disini juga?" Tanyaku padanya mengenai keberadaannya di sebuah bimbel ini.
"Menurutmu?"
"Ehm, sepertinya ya. Kau dari SMA mana? Aku dari tadi menunggu guru fisika pengganti untuk menjelaskan bab ini. Tapi belum datang. Kak Farah sedang sibuk mengajari kelas XII. Jadi, terpaksa aku harus menunggu guru pengganti ini sangat lama." Aku berkeluh kesah panjang lebar padamu.
"Oh ya? Wah, memang orang Indonesia itu menyukai keterlambatan." Jawabmu saat itu.
Belum sempat aku mengucapkan terimakasih, kau sudah dipanggil salah satu kakak tentor. Kau.......memang tidak sempurna. Tetapi kedatanganmu itu menyelamatkanku. Kau juga belum sempat menyebutkan nama sekolahmu.
Aku berjalan gontai menuju kelasku di bimbel ini, sedikit terlambat karena tadi harus konsultasi dan lama menunggu guru.
"Assalamualaikum." Aku membuka pintu. dan.....kutemukan ada dirimu disitu. Aku mengambil tempat duduk paling depan.
"Waalaikumsalam." Jawab teman sekelas serempak.
"Baiklah, kita masuk ke Teori Kinetik Gas. " Itu katamu.
Dan baru aku tahu bahwa kau salah satu tentor disini. aku sempat malu tapi juga senang karena kau mengajar lagi dikelasku. Aku sempat mendapat ledekan dari teman-teman karena kau selalu menatapku heran karena aku yang lebih dulu menatapmu keheranan.
"Maaf, Kak. Aku tak tahu kau tentor disini." Kataku saat istirahat.
"Tidak apa-apa. Husst tidak usah keras-keras. Aku seumuran denganmu. Tapi sudah jadi mahawiswa karena program aksel yang dijalankan sekolahku dulu."
"Oh, maaf. Maaf sekali lagi."
Ah. Aku menikmati malu ku ini. Malu yang bergelayut manja tak mau pergi menuruti keinginan hati. Malu yang tak kunjung usai meski kini aku sudah pergi.
Haha based true story ya yas :D
BalasHapushaha, i think no;D
BalasHapusWhy you dont say yes?? Haha :D
BalasHapus