Selasa, 15 April 2014

itu kah dirimu?

Entah sudah berapa kali aku mencari dan menemukan jelmaan yang tak kutahui siapa sebenarnya.
terkadang ketika aku berjalan sendiri ada saja bayangan tak jelas yang menghampiriku.
dulu kau ingat? kita pernah bersama mengarungi jalanan jauh tanpa batas?
pagi-pagi sekali kau datangi aku membangunkanku dari tidur indahku?
terkadang aku sebal kesal dan semuanya.
tapi lihat, kau selalu menuntunku menuju sesuatu yang lebih indah dari tidurku.
setiap pagi disaat liburan, ya aku ingat itu.
jam 5 pagi biasanya kau akan memanggilku dengan suaramu yang sangat khas dengan serak itu, tapi aku suka.
aku pernah meminta kau bercerita mengenail satu hal yang tak kumengerti.
kau yang saat itu juga tak mengerti menjadi tambah tak mengerti.
kau kubuat bingung tapi tetap saja kau lakukan demi membuatku merasa menjadi lebih indah.
setiap kita menyusuri jalan, selalu beriringan.
pernah sekali kita berdebat dengan alasan tak jelas.
aku selalu pergi ke tempat yang biasa kudatangi denganmu.
dan kau selalu tahu dimana aku, ya kau menjemputku.
duduk berdua didepan danau tak berair dikelilingi tanaman liar tak berpenghuni.
disana kita berdiam, tapi kau selalu memulainya duluan.
kita kembali beradu kelingking untuk berdamai.
aku senyum dan seakan ada arus listrik menjalar ke tubuhmu untuk tersenyum kembali padaku.
kau kembali menuntunku untuk pulang kerumah, berharap kedua orangtuaku tak khawatir karena kita sudah terlalu lama.
aku pulang dan kau selalu melakukan itu untukku.
bertahun-tahun itu terus terlewati, setahun duatahun tigatahun dan empat tahun. kebiasaan itu berhenti di angkat empat.
tiba-tiba aku kehilangan sosok yang selama ini memanjakanku.
tak ada lagi sautan pagi hari saat libur, tak ada lagi tuntunan tangan menyusuri jalan panjang, tak ada lagi ambekan unik yang berujung didepan danau kosong siang hari, tak ada lagi ikatan jari kelingking bersemi kembali, dan tak ada lagi senyum yang menjadi arus listrik untuk menyalakan dua senyum yang sempurna.
sudah berapa tahun hal itu terlewatkan?
mari hitung lagi bersama, satu dua tiga empat lima enam tujuh. akh semua itu hilang di angka tujuh.
akankah ada angka baru lagi yang menuliskan tentang kita?
kuharap tidak, berhentilah di angka ini maka kita akan bertemu.
sampai saat ini tak ada yang bisa mengembangkan senyumku seperti saat kau meneruskan arus itu ke tubuhku.
sampai aku bisa tersenyum.
kini aku kembali melihat sosokmu, akan kah itu dirimu?
sahabat tujuh tahun lalu yang pergi dengan cerita sesal tak berujung.
aku ingin tidur indah kembali, melanjutkan perjalanan kita yang tertunda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar