Sudah lama semenjak judul skripsi-nya di acc oleh dosennya, Me tak lagi mendatangiku. Menghubungiku-pun jarang. Bahkan bisa kukatakan tak lagi pernah. aku rindu. aku benar-benar rindu padanya, pada celotehannya, pada cerita-ceritanya. aku rindu. berkali-kali kucoba datangi kediamannya, namun selalu nihil. dia selalu tak berada dirumah. Apakah kau pernah kehilangan sahabat? yang setiap hari dulu selalu ada bersamamu kapanpun itu waktunya? aku selalu mampu memberi saran terbaik sebagai seorang mahasiswi psikolog kepada beberapa teman yang menceritakan masalah mereka padaku. aku selalu mampu memberi saran dan bahkan menyelesaikan masalah mereka. namun, tidak pada diriku sendiri. gagal. aku benar-benar tidak bisa mengatasi masalahku, aku bahkan tak tahu apa yang harus ku-lakukan. taukah kau? kehilangan sahabat seperti kehilangan diriku sendiri, jalan tak menapak, pikiran yang sudah mati, atau harapan yang sudah membusuk.
"Me.......?" aku melihatmu, sahabatku. aku melihatmu di toko buku langgananmu. tanpa sengaja. kau terlihat lebih kurus. sekarang kau berubah sangat drastis. memakai gamis hijau muda dan kerudung warna senada setengah badan terlihat cantik kau gunakan.
"Fe.......?" Kau terlihat gugup dan meletakkan kembali buku yang tadinya kau renguh erat. untuk sekejap, kulihat itu buka psikologi yang kumiliki beberapa edisinya. "Kekuatan Hati" itu judulnya.
"Kau kemana saja?" Aku bertanya. Kau langsung memelukku. Aku menangis. Ku tuntun kau ke tempat makan dekat toko buku, tempat makan yang menjadi favoritmu.
"Mbak, tolong jus mangga satu dan jus alpukat satu, ya." Kataku memesan pada waitres.
"Mbak, jus alpukatnya diganti, ya. air mineral saja. yang hangat." Itu katamu mengganti pesanan kita. biasanya, jika kita berdua mampir disini, aku yang selalu memesan dengan pesanan sama. Jus mangga+jus alpukat. namun, sekarang?
"Kau terlihat lebih cantik, Me. Aku suka kau seperti ini. Anggun." Kataku tidak sembarang memuji.
"Maafkan aku, Fe. aku tak lagi seperti dulu. selalu bercerita, datang ketempatmu, menjemputmu beribadah, atau yang lainnya." kau meminta maaf.
"Tak apa, Me. aku tau kau sedang deadline skripsi. aku mengerti." aku meyakinkanmu.
"Tidak, Fe. Bukan."
Aku meminta kau bercerita. aku semakin penasaran. apalagi yang membuat separuh dari hatiku seperti ini.
"Baiklah, Fe. akan kuceritakan. Kemaren, saat judul skripsi-ku di acc. aku sangat senang. senang sekali. aku beritahu ini padanya, Fe. kau ingat bukan? pada dia yang dahulu selalu aku ceritakan? Ya. padanya. kuberitahu kegembiraanku padanya. dia mengapresiasiku. Dia ingin membantuku mengerjakan skripsiku untuk Bab I. Kita pergi untuk beberapa waktu. namun tak sengaja, dia membaca bloknote-ku. bahwa isinya tentang dia. dia tidak marah, Fe. tapi aku malu. aku ingin pergi saja dari hidupnya setelah dia tahu semuanya. Berhari-hari aku galau, berhari-hari aku tak dapat tenangkan rasaku. Lalu, aku mulai mendekatkan diri pada Tuhan, Fe. Aku meminta petunjuk. Lalu, kumantapkan hati untuk menutup diri. Kuserahkan hidupku untuk-Nya. aku lebih nyaman seperti ini, Fe. Aku juga sudah bekerja, di sebuah Taman Kanak-Kanak. Ini membuatku lupa akan masalahku. aku takut, jika aku mendatangimu, aku akan mengingatnya."
"Tak apa, aku mengerti, Me. Mantapkan hatimu, istiqomahkan hatimu, ya." aku menguatkan.
Sahabatku ini, benar-benar istimewa. Perbedaan antara kita yang sangat jauh dan berbeda, tidak menghilangkan perasaan cintaku pada dia. Me, sahabatku.